Welcome home....

Assalamualaikum wr.wb
Rekan-rekan pembaca..selamat menikmati suguhan yang insyaallah bermanfaat dunia wal akherat...

"Pembaca yang baik meninggalkan komentar-komentar yang bermutu."

Rabu, 23 Maret 2011

today's journey: teguhkanlah hati ini ya ALLOH

--===--
lagi-lagi permasalahan hati ini cukup pelik. Entah kenapa hati ini sekarang sangat tidak stabil. Campursari deh rasanya. Apakah ini bagian dari tipu daya syetan yak?

Indeed, klo udah berbicara masalah hati maka sudah sepatutnya kita kembalikan pada kehendak ALLOH AZZAWAJALLA. Hati ini milik ALLOH dan ALLOH-lah yang akan memberi cahaya hati ini.
--===-- 

Udah kesekian kalinya mami menelpon lewat fasilitas YM (Yahoo messanger). Yap, fasilitas ini menjadi pilihan utama untuk bisa melepas kangen dengan keluarga di Lampung. Mengapa tidak, selain gratis walaupun bermodal broadband, tapi yang jelas bisa nelp sepuasnya. Gak kebayangkan mahalnya klo harus nelp menggunakan HP. HP hanya digunakan klo ada berita penting atao pun janjian online. :) Namun, inti kali ini bukan YM.

"Gmn, udah siap ta'aruf?" Again and again mami bertanya gitu. Memang siy, isu yang seperti ini dah jadi santapan sehari-hari bagi seseorang yang kira-kira seumuranku. Bahkan, pembicaraan dengan temen-temen pun tak kan lepas dari hal ini.

"hey, kapan niy nyusul si ini dan si itu. Mereka dah mau punya anak lho." 
"Yap, tenang bentar lagi", jawaban singkatku, yang ku iringin dengan senyum simpul. Namun, jawaban itu bukannya mengakhiri serangan tapi justru memperparah.
"wow, siapa...siapa..siapa niy calonnya. Kenalin donk. Awas klo sampe gak ngundang-ngundang." Hmm, kali ini ku coba lagi menjawab tanpa kata-kata, tapi dengan senyuman. 
"hahahha, calonnya aja lum ketauan sapa." justru malah jawaban pikiran ku yang tertawa. Yap, suatu kondisi yang memang sudah sewajarnya dipersiapkan, MENIKAH.

Lima bulan yang lalu, rasanya mudah bagi lisan dan hati ini untuk mengiyakan ajakan ta'aruf dari mami. Yap, mami menyodorkan beberapa calon yang telah berusaha disaring sesuai syar'i, mulai dari agama yang sesuai dengan manhaj ahlussunah wal jamaah, hingga kriteria sekufu pun telah di analisa. Woh, nampaknya jauh lebih sulit persiapan ta'aruf dari pada persiapan penelitian. "Hahahaha, ya iyalah." Lagi-lagi pikiran ku menang untuk menertawakan ku. Tapi ternyata, jodoh ku bukan di lima bulan yang lalu. Mungkin ada hal-hal yang aku luput.

Well, akhirnya sesi atau lebih tepatnya masa ta'aruf-ta'arufan berakhir sudah dengan ditandai keberangkatan ku ke Malaysia untuk menempuh S2. Dan, ternyata inilah awal kegoncangan-kegoncangan hati. Kerinduan-kerinduan akan hadirnya seseorang yang bisa menemani dan mengisi hari-hari ku bersama di Malaysia. Seseorang yang aq pun tidak tau sapa kah ia. Seseorang yang sampe saat ini rupanya pun belum tergambar dalam pikiranku. Mulailah hati ini gelisah, sesuatu yang sebenarnya tidak patut terjadi bila kedekatan kita kepada ALLOH sangat kuat. Karena cahaya yang diberikan oleh ALLOH mampu meredam kegelisahan hati ini.

Namun, mengapa cahaya itu tak kunjung datang?? Apakah kurang intensitasku meminta kepada ALLOH untuk dijaga hati ini dengan cahaya-Nya? Ataukah, telah berkurang kualitas hati ini dari lima bulan yang lalu?

Pembicaraan tentang ta'aruf dengan mami belum juga sudah ternyata. Bahkan, bisa dibilang intensitasnya meningkat. Kali ini ditambah embel-embel, "Sebenarnya, calon yang seperti apa yang diinginkan oleh mas anung, siy?". Kata "sebenarnya"dan"siy" nampaknya mami gunakan untuk mempertegas proses penyeleksian yang cukup berat oleh seorang ibu. "Simple koq mi, dengan sebagaimana Nabi shalallahualaihiwassallam mencontohkan kepada umatnya dalam sabda beliau, wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya kamu akan beruntung." Maka hal utama yang ku pilih adalah agama yang kokoh, karena istriku nanti yang akan menjadi pondasi pendidikan keislaman anak-anakku, karena dari ibulah lahir generasi pemuda Islam yang tangguh.

Tapi, anung tambahin ya mi." lanjutku menambahkan syarat kepada ibuku. "Agama memang menjadi prioritas no 1, tapi Nabi shalallahualaihiwassalam tidak melarang bagi hambanya untuk mempertimbangkan dari segi fisik, asalkan syarat mutlak agama telah terpenuhi. Makanya Nabi shalallahualaihiwassalam mencontohkan ketika ta'aruf untuk melihat wanita yang dita'arufi. Nah, bila muncul perasaan yang menenangkan saat itu, maka segera tundukkan pandangan dan proses dilanjutkan, tapi klo gak ada rasa apa-apa, yaaa, proses bisa dihentikan. Begitu pula hal ini berlaku pada wanita dalam memilih pasangannya. Agama sebagai syarat mutlak, lalau diperbolehkan menambahkan syarat fisik bagi lelaki yang akan menjadi calonnya." Indah bukan. 

"Iya, tapi sekarang niy susah mencari wanita muslimah yang memiliki agama yang kokoh dan cantik." Kalimat ini menunjukkan sedikit kerisauan dalam hati ibu ku. Mencoba untuk menenangkan perasaan ibuku, "insyaallah ada koq mi, bukankah yang kita cari ini memang mutiara tapi bukan sembarang mutiara mi. wanita bergelar mutiara pun udah spesial mi karena mutiara itu menandakan kekokohan agamanya, tapi apakah mami tidak ingin memiliki menantu yang spesial di antara para mutiara?" Terlihat diwajah ibuku sedikit rasa tenang. "Fiuh, akhirnya." hatiku pun jadi ikut tenang dengan harapan, mudah-mudahan gak diserang dengan pertanyaan ini lagi.
--===--
Selesai menenangkan ibu ku ternyata belum selesai menenangkan hati ku. Entah kenapa hati ini selalu saja berkecamuk. Gaya-gaya hidup masa lalu ku kembali menghantui dan membayangi pikiran ku. Gaya-gaya yang sudah setahun ini berusaha ku perbaiki agar tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Kegalauan-kegalauan ini harus segera distabilkan, agar aq bisa kembali fokus pada tujuan utama ku menuntut ilmu di Malaysia. 
--===--

2 komentar: