Welcome home....

Assalamualaikum wr.wb
Rekan-rekan pembaca..selamat menikmati suguhan yang insyaallah bermanfaat dunia wal akherat...

"Pembaca yang baik meninggalkan komentar-komentar yang bermutu."

Kamis, 26 Agustus 2010

Misi kemanusiaan Gaza "kemanakah apoteker berada?"

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh
Rekan-rekan ku yang insyaallah senantiasa dilimpahkan rahmat oleh Allah subhanawataala.

Mungkin udah gak asing lg di telinga dan mata rekan-rekan pembaca terhadap sosok dr. Joserizal. Beliau bisa dikatakan orang no 1 di Indonesia yang konsen banget buat kegiatan kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan baik di dalam negeri maupun di luar negeri terlebih khusus lg pada misi-misi kemanusiaan "akbar" di daerah konflik seperti Gaza, Irak, dan Afghanistan. Beliau bersama tim dokter lainnya di bawah payung organisasi MER-C (www.mer-c.org) selalu siap sedia bergerak untuk turun tangan secara langsung menangani korban-korban di berbagai daerah konflik. Selain itu, beliau telah menggandeng beberapa organisasi kesehatan lainnya, sebut saja hilal ahmar. Bahkan, dibandingkan dengan SBY, nama beliau jauh lebih dikenal di GAZA pada khususnya. Namun, tentunya tulisan ini bukan mau mengupas habis gerakkan perjuangan beliau, tp mencoba mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman beliau.

Berbicara masalah GAZA, dibeberapa seminar ilmiah menyebutkan bahwa GAZA ini bukanlah konflik internal perebutan kekuasaan antara HAMAS dan FATAH, tetapi bila kita cermati konflik ini lebih pada penjajahan yang dilakukan kaum zionis kepada negara islam. Bisa kita cermati dari berbagai media cetak maupun elektronik (misalnya: di www.arrahmah.com) bagaimana kekejaman kaum yahudi Israel terhadap bangsa muslim yang secara jelas Israel ditunggangi oleh Amerika. Berbagai aksi penyimpangan Hak asasi manusia, yang biasanya Amerika paling kenceng teriak klo ada penyimpangan hak asasi ini, terjadi begitu saja tanpa ada upaya dari negara-negara atau bahkan PBB, yang katanya lokomotif perdamaian, untuk menghentikan aksi-aksi brutal dari kekejaman ini. Sudah menjadi sunatullah-nya akan timbul korban jiwa yang tidak hanya 1 bahkan ribuan dan jutaan yang tentunya banyak dari pihak muslim.

"Semoga Allah azzawajalla membeli jiwa mereka dengan surga. amin"

Namun, tulisan ini pun bukan untuk mengupas habis apa yang terjadi di GAZA dan blokade yang semakin ketat atau pun berbagai aksi penindasan terhadap umat ISLAM.
Bila kita perhatikan lebih cermat lagi, bagaimana sumbangsih negara kita bagi GAZA dan palestina yang sudah jelas sedang dalam kondisi terjajah? Bukankah telah tertuang secara jelas dalam konstitusi kita (klo emang katanya pemerintah paling taat dengan konstitusi) bahwa dalam preambule UUD 1945,
"....penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan..."
 sehingga jatuh hukumnya wajib bagi pemerintah indonesia untuk mengerahkan segala upaya untuk membantu mewujudkan kestabilan perdamaian di palestina dan negara-negara yang masih dijajah oleh Amerika. Apalagi, yang katanya Indonesia merupakan negara terbesar kedua umat Islamnya. Namun, Apakah yang udah diperbuat oleh pemerintah Indonesia? Sungguh ironis yang ada malah Polisi malah sibuk menangkap ustadz (baca: Ustadz Abu Bakar Ba'asyir) yang sedang ceramah menjelang ramadhan dan itu pun merupakan suatu tindakan penangkapan pesanan Amerika. Sungguh ironis negeri ini.

Namun, dalam tulisan ini pun tidak berusaha lebih jauh membongkar betapa bobroknya negeri ini, betapa rusaknya sistem di negeri ini.

Kita sebaliknya bisa cukup berlapang dada karena di tengah rusaknya sistem di negeri kita, ada beberapa gelintir putra-putri Indonesia yang bisa berbuat secara nyata mendobrak kusutan-kusutan sistem kita untuk mengulurkan tangan bagi para korban di Gaza khususnya. Bahkan, dengan sedikit rasa bangga bercampur rasa syukur, Indonesia insyaallah akan berhasil mendirikan Rumah Sakit di Gaza sebagai bentuk konsistensi bangsa ini terhadap sesama saudara muslim.

"bukankah antara sesama muslim itu satu tubuh, bila ada bagian yang sakit atau terluka maka bagian yang lainnya akan merasakan sakit juga"

Penulis mau tidak mau mengacungkan jempol kepada Tim MER-C yang mampu bergerak walaupun dengan resiko harus mati sekalipun. Seperti yang dikutip pada salah satu seminar ilmiah tentang Gaza, beliau dr Joserizal mengatakan bahwa resiko kami (baca:MER-C) di Gaza adalah mati, tetapi kami yakin balasan dari Allah azzawajalla jauh lebih nikmat dari kenikmatan apapun di dunia ini.

Namun, sekali sayang seribu sayang ditengah derasnya semangat tim relawan MER-C tersebut, tetapi tak satu pun APOTEKER berada pada barisan relawan tersebut. Padahal jelas kesehatan adalah ranah praktek kefarmasian. Mengapa tidak? MER-C membawa obat-obatan dalam jumlah banyak tanpa didampingi oleh apoteker seorang pun. pertanyaannya adalah,

"KEMANAKAH PARA APOTEKER BERADA"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar