Welcome home....

Assalamualaikum wr.wb
Rekan-rekan pembaca..selamat menikmati suguhan yang insyaallah bermanfaat dunia wal akherat...

"Pembaca yang baik meninggalkan komentar-komentar yang bermutu."

Minggu, 20 Desember 2009

Kurikulum Farmasi

tiba2 koq ni pikiran jalan2 kemana2...eee lg liat2 pp51/2009 kecantol ma kurikulum S1 farmasi khususnya di ugm.

klo dipikir2 dengan seabreg2 masalah ttg dunia keprofesian kita, sebenarnya kurikulum yang dah disusun khususnya di s1 sebenarnya dah tepat banget lum c?

coba dipikir2...kurikulum kita selama s1 memang menjanjikan bwt menjadi apoteker yang kaya ilmu (sampe2 bingung gmn aplikasinya), tp ternyata kita gak sadar bahwa kurikulum kita membuat kita jauh dari apoteker yang seharusnya.

alur pemikirannya gini. coba kita liat ke profesi tetangga (karena emang cuma dipisahin pager) yakni dokter. mahasiswa kedokteran mulai dari semester 1 dah familiar yang namanya dorland kamus kedokteran, ioni, mims, buku2 terapi. mereka bener2 dah menjiwai profesi mereka kedepannya. sehingga untuk urusan terapi mereka dah ok tu dari semester awal. mungkin karena sistem blok membantu mewujudkan itu semua.

tp coba kita liat kondisi mahasiswa farmasi, paling berapa banyak c mahasiswa yang udah pernah buka ioni, apalagi mims, apalg mw buka2 buku2 terapi di semester 1 dan trus tiap semesternya. buku2 tersebut sebenarnya ujung tombak keberhasilan dlm mengarungi dunia farmasi kedepan, tp malah buku2 tersebut seperti benda asing yang masuk dalam tubuh yang secepatnya ingin dikeluarkan.

nah balik lg ke masalah kurikulum, nampaknya kedokteran "memaksa" mahasiswanya untuk setiap saat berteman dengan buku2 yang notabene sebagai buku wajib apoteker (sebut saja ioni, iso, doi, mims, dll). bukan mw banding2in, tp mahasiswa farmasi sama sekali tidak, buka farmakope saja bisa jd sangat jrg. hal ini menjadikan mahasiswa sangat tidak siap lepas ntuk masuk kedunia profesi walaupun katanya semua itu dikejar di pendidikan profesi. tp bayangkan pendidikan profesi cuma 1 tahun. hal ini bila pengen dibandingkan (mw gak mw deh bandingin ma kedokteran) dengan kdtrn mereka punya waktu 6 thn untuk mendalami bidang profesi mereka. sedang kita hanya 1 tahun.

nah, sebenarnya bagaimana baiknya untuk menyikapi kondisi ini? siapakah yang aware terhadap kelemahan disana sini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar