Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat farmasis bertanya pada ku,
"bang anung, boleh minta tolong ga..hhe, pengen wawancara live sih tapi susah, terbatas ruang dan waktu ^^, mau meminta pendapat ke bang anung mengenai:
pertama, gimana sih seharusnya mahasiswa farmasi yg baik dan benar kalo lulus besok bisa membawa farmasi menjadi bener bener farmasi dan bisa lepas dari bayang bayang doky, punya image... baru yg baik di masyarakat,
yg kedua peran ismafarsi agar lebih "keliatan" sebagai wadah orang orang cerdas dan bisa membantu/menyokong pertanyaan pertama itu gimana mas. hhe..
kalo bisa balesnya lewat message aja, cos mau ku muat di koran, ntar ga surprise lagi yg baca.. hhe... (*kalo perlu malah di bikin artikel sekalian, hauahahua *menghayal)
maaf kalo ngrepotin.. hhe".
hihi... dalam hati ku langsung berucap, "waduh, masalahnya yang ditanya ini belum pernah merasakan menjadi MAHASISWA FARMASI YANG BAIK. Namun, insyaallah walau bagitu, tetap ada pengalaman yang bisa dishare.
Klo gak salah aq pernah mencoba menguraikan apa yang ada dalam pikiran ku dalam bentuk tulisan mengenai mahasiswa farmasi itu sendiri. Begini ni klo gak salah waktu itu nulisnya,
Faktor lingkungan tersebut tentunya juga sangat lah dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti stabilitas iklim farmasi dan dunia kesehatan yang harus kita sadari sangat banyak mempengaruhi faktor internal tersebut. Namun, bila kita ingin berbicara mengenai mahasiswa farmasi, maka yang jadi fokus kita adalah bagaimana kita mampu mem-figure out, atau memodifikasi faktor internal agar dapat menghadapi segala perubahan faktor eksternal.
Sebelum kita lebih jauh, kita harus terima dulu kenyataan bahwa pendidikan kefarmasian kita masih sebatas pada replika, belum sungguhan, dalam artian, masih banyaknya kekurangan dan ketidakjelasan di sana sini. Klo mau lebih jelasnya seperti apa, silahkan ikuti diskusi REPLIKA PENDIDIKAN FARMASI INDONESIA. Nah, kerangka berfikir kita sekarang adalah bagaimana kita seoptimal mungkin mampu menempatkan diri kita agar fit dengan kondisi tersebut dan siap bila sewaktu-waktu angin segar perkembangan kefarmasian indonesia berhembus.
Hal pertama adalah kita harus meyakinkan diri kita bahwa kita telah yakin untuk berjuang di barisan kefarmasian indonesia. Bismillah, berikan motivasi pada diri kita bahwa seburuk apapun kondisi kefarmasian Indonesia justru akan memberikan peluang kita untuk berkarya di dalamnya. Hal ini akan mendorong diri kita untuk semakin ingin tau bagaimana kefarmasian itu. Contoh mudahnya, kita akan berusaha melahap semua berita yang berhubungan dengan kefarmasian.
Perluaslah wawasan dan cakupan pengetahuan kita tentang apa yang sebenarnya terjadi terhadap dunia kefarmasian. Targetnya bukanlah untuk mencari solusi, karena jelas mahasiswa apalagi tingkat awal, belum mampu memberikan solusi, tapi target minimumnya, akan timbul pertanyaan-pertanyaan mendasar. Sebagai contoh, Indonesia sempat diributkan dengan susu tercemar E. sakazaki, maka secara cepat dan cermat respon seorang mahasiswa farmasi adalah berusaha mencari tau berita itu, apa siy hubungannya dengan apoteker, dan terus berbagai pertanyaan akan muncul. Mahasiswa baru sampai pada taraf mencari penjelasan sejelas jelasnya terhadap masalah yang timbul dalam pikirannya. Hal ini akan membawa pada aktifitas diskusi yang timbul antar sesama mahasiswa. Mumpung masih jadi mahasiswa banyak-banyaklah diskusi, karena banyak ilmu yang bisa kita peroleh dari diskusi tersebut.
Selanjutnya, cari tau potensi dan minat terhadap bidang kefarmasian. As we know, kefarmasian ini adalah ilmu yang luas dan menjadi suatu hal yang mustahil bila kita ingin menguasai semuanya. Camkan bahwa farmasis perlu spesialisasi, walaupun belum ada spesialisasi yang ditawarkan dari kurikulum, tapi kita harus memulai pada diri kita untuk menentukan minat kita. Mulailah untuk kembali melihat kurikulum apa yang sedang mahasiswa farmasi hadapi dan jalani. Pelajarilah kompetensi-kompetensi seorang farmasis yang terspesialisasi. Ambil sebagai contoh, bila kita minat pada klinikal farmasi, maka kita akan memperkuat basis kelilmuan kita terhadap penyakit pasien dan seputarnya a.k.a patient oriented, tapi bila kita ingin menjadi pharmaceutical engineering maka perkuatlah basis science pharmacy kita. Pada intinya kenalilah minat kita.
Ambil contoh kasus yang lain yaa... hal ini terutama mereka yang minat terhadap klinikal farmasi. Sejauh mana kalian telah akrab dengan IONI, ISO, MIMS? Apakah buku2 tersebut telah menjadi kawan belajar kalian setiap malam, atau hanya sebagai kawan tidur? Pernahkan kalian mencoba berdiskusi dengan temen-temen sesama mahasiswa fakultas kesehatan, misal dengan mahasiswa kedokteran atau ilmu keperawatan? Perlebarlah jaringan! kejarlah kompetensi kalian ! Mulailah membentuk komunitas diskusi atau forum diskusi, atau semacamnya! Biasakanlah dengan hal-hal tersebut!
Bagaimana dengan organisasi kemahasiswaan? Jawabannya mutlak bagi mahasiswa farmasi harus ikut dan terlibat aktif di dalamnya. Selain alasan klasik yang sering di dengan untuk menambah pengalaman dan wawasan softskill, keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan akan mempermudah dalam pencapaian misi, terutama yang diberikan penekanan BOLD pada paragraf di atas.
Nah, hal ini pulalah yang berlaku pada ISMAFARSI sebagai organisasi resmi mahasiswa farmasi. ISMA harus mampu berperan sebagai wadah pencapaian misi tersebut. ISMAFARSI harus mampu menjembatani antara hubungan mahasiswa dengan organisasi mahasiswa kesehatan lainnya. ISMAFARSI harus mampu membentuk forum-forum diskusi aktif antar mahasiswa, dan bahkan ISMA harus mampu melinkkan mahasiswa farmasi dengan instansi dan organisasi kesehatan. ISMA harus mampu menghimpun langkah gerak seluruh mahasiswa farmasi.
Halo Anung...
BalasHapusI completely agree with your personal view about our current pharmacy practice and education, and also it's future perspectives...
Topik ini takkan habis-habisnya untuk dibahas, dan selalu menarik. Saatnya berkontribusi
Salam dari Padang...