--===--
Kenapa jadi miskin gini hidup aq di Malaysia? Ohya, sebelum masuk lebih jauh, aq pengen mencoba mengganti "gue" dengan "aq", soalnya tadi mbak ku baca blog ini dan langsung koment,
"Tadi aq dah baca blog mu, Nung. Gue-gue gitu bahasanya." Nah, mencoba ingin merasakan hal yang sedikit berbeda tapi sama, maka aq disini tetep sama dengan gue. Ok, kita lanjut yak.
Kembali pada pertanyaan tadi, "Kenapa aq jadi miskin gini hidup di Malaysia? Again....and again.. hari ini aq maem mie." Kata miskin emang sangat subjektif, dan standard miskin orang berbeda-beda. Di sini aq mau cerita kondisi perekonomian bukan negara Malaysia, tapi perekonomian aq sendiri selama kurang lebih 4 bulan.
Pertama, sambil mengingat-ingat persiapan aq berangkat ke Malaysia,
"Mas Anung, total dana yang dibutuhin buat berangkat ke Malaysia berapa? Paling enggak biaya pendaftaran dan semester pertama. Jangan lupa juga biaya hidup 1 bulan awal diitung." Papah ku mencoba mempersiapkan dana, kerena aq belum mendapatkan beasiswa. Jadi mau gak mau self-sponsor deh.
"Hmm, klo biaya kuliah dan hostel totalnya 4760RM, Pah. Ya, klo dikonversi ke rupiah jadinya dikalikan Rp 2800. Total Rp 13.400.000, Pah." Aq mencoba memberikan gambaran biaya yang harus disetorkan ketika pendaftaran. Itu biaya hanya termasuk biaya semester 1 dan hostel 1 semester. Pada akhirnya uang ringgit yang ku bawa dari Indonesia kurang lebih 6000RM, lebih kurang 18jt (anggap saja kurs 1RM=Rp 3000).
Hidup minggu-minggu pertama di Malaysia bener-bener yang ada di otak ni adalah kurs ringgit ke rupiah. Setiap mau membeli sesuatu, segera mengkonversi harga yang tertera dalam ringgit ke rupiah. Alhasil, aq selalu mendapatkan harga barang di sini lebih mahal 3 kali lipat dari pada di indonesia.
Begini logikanya, mudah-mudahan pada ngerti ya..Bila kita membeli barang yang sama di Indonesia hanya diperlukan uang 1000 rupiah, maka di Malaysia kita harus mengeluarkan 1-1,5 RM (klo dirupiahkan menjadi Rp 3000). Aq membuat kesimpulan sederhana bahwa, klo pengeluaran kita sebulan di indonesia Rp 1juta dan kita terapkan di Malaysia, maka selama sebulan di Malaysia kita menghabiskan 1000RM. Wow, jadinya kita perlu Rp 3 juta untuk hidup sebulan di Malaysia. Benar-benar 3 kali lipat.
"Gak mungkin, aq menghabiskan 3 juta untuk satu bulan di Malaysia, padahal di Indonesia aq hanya menghabiskan 1 juta per bulan." Pikirku. Akhirnya dengan berusaha tau diri sedikit, aq hanya diberikan 2 juta rupiah selama 1 bulan a.k.a hanya 600 RM yang bisa ku tarik dari ATM. Logikanya, 600RM ini, bila di Indonesia adalah pengeluaran sebanyak 600 ribu. Hedew, bener-bener harus ekstra hemat niy. Yang semula gaya pengeluaran ku satu bulan 1 juta, sekarang harus 1 bulan 600 ribu. Otomatis jajan sangat-sangat dikurangi, apalagi jalan-jalan.
Aq mencoba mengatur keuangan 600RM dengan memberi batasan pengeluaran sehari 10RM untuk makan, dan keperluan ekstra 100RM, dengan harapan aq masih memiliki tabungan tiap akhir bulan 200RM. Wah, coba selama aq kuliah di Indonesia berhasil mentarget pengeluaran seperti ini, dengan maksimal makan 10rb perhari, dan 100rb keperluan ekstra, maka tiap bulan aq bisa menabung 600ribu. Alhasil selama 4 tahun akan punya tabungan sekian-sekian (kaliin sendiri aja ya). Tapi sayang lain di Indonesia lain pula di Malaysia.
Bekerja memang suatu ide yang sejak awal aku dambakan bisa ku dapatkan di Malaysia. Tapi, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aq hanya berharap ketika penelitianku sudah mulai nanti maka aq bisa menjadi research asistant dan memperbaiki kondisi perekonomianku sekarang. Amiiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar